Beranda

Jumat, 16 Mei 2014

Maksud dan Arti Tharigat



Imamul Al Ghazali telah menempuh jalan suluk itu. Beliau berpendapat dan berkata: Bahwa aku yakin kaum sufiyah itulah yang benar-benar telah menempuh jalan yang dicontohkan oleh Nabi Saw yang dikehendaki oleh Allah. Dan bahwa mendekati Allah dan mengenal-Nya, hanya dapat dicapai dan menempuh satu jalan, yaitu Thariqat, jalan yang ditempuh oleh kaum sufi.
Kaum sufi adalah kaum yg selalu menjaga hati dari kekotoran dunia dgn pelaksanaan ibadah yg dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Imam Syafi’i Ra. Beliau berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: “Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti THARIQAT ahli tasawuf.”
Imam Abu Hambali, seorang imam mazhab dari empat mazhab terkenal, ternyata juga seorang Mursyid THARIQAT Sufi.
Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq ra, berkata, “Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Ma’ruf al-Karkhy, dan beliau mengambil dari Dawud ath-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah Ra.
Sebelum belajar Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Anda harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.” Namun ketika beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba dia berkata pada putranya, “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka bisa memberikan tambahan bekal pada kita, melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah)”.
Beliau juga mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”
Tarekat berasal dari bahasa arab thariqah, jamaknya tarâiq, yang berarti :
(1) ‘jalan » atau « petunjuk jalan » atau « cara » (kaifiyyah) .
(2) metode, sistem (al-uslûb ).
(3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab).
(4) keadaan (al-halah).
(5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (amud al-mizalah) .
Al-Jurjani ‘Ali Bin Muhammad Bin ‘Ali (740-816H), menulis pengertian tarekat : Metode khusus yang dipakai oleh sâlik (orang-orang berjalan) menuju Allãh Ta’ala melalui tahapan-tahapan melewati maqamat-maqamat.
Kata tharaqa di dalam Al-Qur’ân yang dikaitkan dengan tarekat ; yang artinya: “Bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu ( Agama Islam), benar-benar Kami (Allãh) akan memberikan minum kepada mereka air yang segar ( rezki yang banyak)”.
Ayat yang lain yang menyebutkan kata “tharaqa” yang juga dikaitkan dengan tarekat yaitu; Artinya: “Kami (Allãh) lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang-orang yang paling lurus jalannya(lurus tarekatnya) di antara mereka “Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja”.
Tarekat adalah perjanjian seorang sâlik (orang berjalan menuju Allah AWT atau pengikut tarekat) menuju Allah SWT dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allâh S.W.T Sedekat mungkin, sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad S.A.W, para sahabat, tabi’it tabi’in, sampai kepada para penerus dan pewaris Nabi S.A.W.
Berkata Imam Syafii RA. Disukai bagiku dari pada duniamu tiga perkara: Meninggalkan perkara yang membebankan diri, dan bergaul sesama makhluk dengan lemah lembut, serta mengikuti THARIQAT jalan ahli tasawuf. (Kitab: Kasfu al-Khafa Wa Mazilu al-Albas).
Guru2 thariqah, bila mendapatkan karamah, justru ia akan merasa malu kpd Allah SWT. Dia mawas diri, sebab hal itu justru merupakan salah bentuk ujian kpdnya.
Bila seorang mursyid masyhur karen karamahnya, dia akan sngat malu kpd Allah SWT. Krn kemasyhuran thariqat bukan menjadi tujuanya, justru menjadi beban dan fitnah bginya.
Tarekat dipelajari bukan untuk mencari kekayaan. bukan untuk menjadi seorang wali atau mendpatkan karamah. Lebih2 sekedar untuk memperoleh khadam.
Yang jelas tarekat-tarekat tersebut punya musalsal (silsilah) sampai kepada Rasulullah SAW. Dan tarekat itu hakikatnya bukan ilmu "kesaktian".
Fahamilah dan dengarlah "fatwa" dari "hati" bahwasanya "kebenaran" adalah yg membuat hati "tenang", dan "kesalahan" yg membuat hati "gelisah”.
Dan Janganlah membantah apa-apa yang belum jelas engkau mengetahuinya, pelajarilah ilmu dari para ulama yang shaleh yang berakhlaq mulia, yang tidak menyalahkan orang tanpa pengetahuan. Sadarilah bahwa Allah SWT senantiasa memberikan PetunjukNya untuk kita semua……. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar