Beranda

Rabu, 23 Mei 2012

MAWAR; dalam pandangan spiritual“



“ Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi Mawar Merah
 yang berkilauan ( QS. Ar-Rahman: 37)

Bunga Mawar adalah lambang ketinggian spiritual yang sempurna bagi  perjalan untuk mencapai nilai-nilai kerohanian yang dalam bagi diri seseorang. Bunga Mawar adalah gambaran ketinggian suatu kerendahan. Sebagaimana tertulis dalam syair nadzom  Ar-Rifâiyyah :
Lâ tahtun bilâ fauqin walâ fauqin bilâ tahtin
Wa baina humâ bilâ qaibi
Hu Allâh Allâh Allâh.

Tiada bawah tanpa atas, tiada atas tanpa bawah
Dan diantara keduanya tanpa qaib.
Dialah Allâh Allâh Allâh


Mawar  telah menjadi puncak perlambangan spiritual bagi hampir semua sufi dan para wali Allâh, khususnya Shâhibul Mawar, Tuan Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. Dalam sebuah kisahnya, pada saat Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. hendak masuk ke kota Bagdad di masa perpindahannya , setibanya beliau di perbatasan kota Bagdad, beliau didatangi oleh utusan para wali dari kota bagdad ( yang juga seorang wali besar pada saat itu ).  Setelah berjumpa , utusan wali berkata : “ Wahai Abdul Qâdir Al-Jailani, engkau tidak mempunyai tempat di kota Bagdad, karena kota Bagdad telah di penuhi oleh para Wali-wali Allâh “. Maka Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. berkata seraya menunjukkan gelas yang telah berisi penuh air bening ; “ Seperti inilah kota Bagdad itu, gelas adalah kota Bagdad dan airnya adalah para wali Allâh ”, lalu Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. mengambil sekuntum Mawar Merah dari langit (dengan Ijin Allâh SWT ) kemudian beliau letakkan di tengah air dalam gelas itu, sambil berkata ; “ Aku adalah Mawar di antara para wali-waliNya ”. Pada saat itu juga wali  utusan tersebut tersungkur  lalu bersujud meminta ampunan kepada Allâh SWT atas kesombongannya dan mempersilahkan tuan Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. Memasuki kota Bagdad dengan sambutan yang meriah dari para wali di kota Bagdad.

Bunga Mawar  adalah suatu perlambangan maskulin yang sangat menggairahkan setiap jiwa feminis. Mayoritas orang pada saat ini telah meletakkan perlambangan bunga sebagai bentuk perlambangan seorang wanita / feminisme, padahal sesungguhnya bunga ( Bunga Mawar) itu telah menduduki perlambangan bentuk  maskulin  / laki-laki. Karena dilihat dari sudut penggunaannya, bunga (Bunga Mawar) sangat disukai oleh para wanita, maka segala sesuatu yang disukai wanita hakikatnya bersifat maskulin, bila seorang wanita menyukai sesuatu yang bersifat feminin, maka ia akan tergolong dalam golongan yang tidak normal (lesbi). Kemudian jika dilihat dari penempatan sekuntum bunga itu pasti memerlukan vas/pot bunga. Maka vas/pot bunga itu  menjadi perlambangan feminisme.  Allâh SWT telah menjadikan segala sesuatu itu berpasangan , termasuk  juga bentuk rasa suka diantara dua sifat yang berbeda.

Bunga Mawar adalah raja dari seluruh bunga, kalau saja di antara para bunga ada walinya maka pastilah Allâh SWT menjadikan bunga Mawar sebagai qutubnya seluruh bunga. Bunga Mawar telah menjadi perlambangan suatu manifestasi pencapaian ketinggian spiritual seseorang sebagai insân kâmil.

Di negeri spiritual timur, bunga Mawar  telah menjadi inspirasi yang tiada habisnya bagi para penyair di Persia, arab bahkan sampai ke belahan dunia barat. Syair mereka banyak membicarakan tentang kemuliaan dan ketinggian perlambangan bunga Mawar, seperti syairnya Jalâluddin rumi, Ibnu ‘Arabi  dan khususnya Syech Abdul Qâdir Al-Jailâni RA. Bahkan Allâh SWT telah memperlambangkannya dalam Al-Qur’an surah Ar-Rahmân : 37.

Bunga Mawar didalam syair para sufi cukup menggairahkan jiwa-jiwa kerinduan, yang mana hal tersebut dapat dijadikan sebagai pembangkit gairah spiritual untuk mencapai ekstase yang menggairahkan ketundukannya kepada Allâh SWT. 

Allâh SWT telah memberikan banyak sekali amtsâl di dalam firman-Nya , agar orang yang berakal dapat memikirkannya dengan baik. Semua ini tidak lain supaya orang-orang yang bodoh tidak mudah mencemoohkannya. Sesungguhnya Allâh SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam Haditsnya Nabi Muhammad SAW, bersabda : “ Ada tiga perkara yang aku sukai, wanita, wewangian dan shalat. Karena shalat menyejukkan pandangan mataku”. Para sufi melihat perkataan nabi ini sebagai nilai ekstase dalam cinta yang tidak terhingga. Karena kesempurnaan manusia dalam cinta yang murni kepada Allâh SWT melainkan mencintai juga pada ciptaanNya, terutama pada wanita, Antara cinta keduanya saling menyempurnakan (cinta kepada wanita dalam konteks perkawinan). Dengan mencitai seorang wanita sama dengan mencintai diri kita sendiri, karena asal wanita itu dari diri seorang lelaki (siti hawa diciptakan Allâh SWT dari tulang rusuk Nabi Adam). Sehingga dengan mencintainya kita telah mencintai diri kita dalam rangka cinta kepada Allâh SWT.

Wanita ialah bentuk Feminin yang maujud tanpa persepsi apapun, sedangkan parfum (wewangian/bunga) dalam tradisi banbsa-bangsa kuno, ia menduduki posisi maskulin yang harus menguasai sifat-sifat feminin. Nabi Sulaiman AS adalah nabi yang pertama kali mengetahui sifat-sifat penyembuhan melalui penggunaan herbal dan bunga-bungaan.

Dikisahkan pada suatu hari, nabi sulaiman AS ketika mendirikan shalat, tiba-tiba satu pohon bunga tumbuh di hadapannya seraya member salam, Nabi Sulaiman menjawab salamnya dan menanyakan maksud dan tujuannya ada di hadapannya. Maka bunga itu menjawab ; “ bahwasanya aku bunga mawar penawar segala penyakit”. Maka pada keesokkan harinya, tumbuh berbagai bunga dihadapan nabi Sulaiman AS untuk mengatakan khasiatnya yang dapat diambil dari mereka. Semuanya ini dating dari kuasaNya Allâh SWT.
Dzat inti dari makhluk hidup adalah ruh. Ia akan terpisah pada saat kematiaan menghampirinya. Allâh SWT telah mengilhamkan kepada sebagian para Nabi-Nya, tentang bagaimana mengeluarkan ruh atau sari pati bunga dari bunga. Ilmu ini kemudian dikembangkan oleh kaum sufi. Bunga Mawar menjadi perlambang yang hakiki bagi kaum sufi sebab keindahan dan keharuman bunga mawar ini, berada di ujung batang yang kuat dan berduri., melambangkan perjalanan serta perjuangan mistik kaum sufi dalam tasawuf untuk menuju Allâh SWT. Dalam hadits qudsi Allâh berfirman ; “ yang pertama-tama diciptakan ruh kenabian dan dari ruh kenabian dijadikan alam raya ini, dari alam raya  yang di jadikan pertama-tama adalah ruh bunga mawar”. Bunga mawar mengandung dzat yang baik dan sangat halus. Maka ia selalu digunakan untuk menyerap dan menyampaikan berkat dari seorang wali Allâh. Padahal ada banyak jenis bunga bahkan ribuan jenisnya di dunia ini namun Kaum sufi  lebih menyukai  bunga yang telah dipilih Allâh SWT dan juga oleh orang-orang ketuhanan yaitu kuntum bunga mawar. 

Shalat  juga perlambangan feminin yang sangat disukai oleh nabi Muhammad SAW, Mengapa sholat berada di posisi feminin  karena shalat adalah suatu cara untuk berhubungan dengan Allâh SWT. Maka ucapan Nabi  tentang tiga perkara yang sangat di sukainya, dengan komposisi  wanita - wangi-wangian – shalat ( feminin – maskulin – feminin ) mengindikasikan sebuah perlambangan dari pada penguasaan sifat feminin oleh maskulin, “ Arrijâl qawwâmuna ‘alâ nisâ….”  Yang artinya “ kaum lelaki itu pemimpin bagi kaum wanita …”.
Kata Mawar  jika dilihat dari estimologinya  berasal dari kata wardah , MA-WAR-DAH. Dalam bahasa Indonesia menjadi mawar; yang mengandung misteri sufistik. Sifat maskulinnya mengambarkan sifat kesatriaan, arti satria bukanlah sebuah kemenangan dari suatu perlawanan melainkan sebuah perjuangan yang tak henti-hentinya. Maka seseorang yang melakoni kehidupan dengan mematuhi prinsip kaidah syari’at, tharikat, hakikat dan ma’rifat adalah seorang satria yang gagah berani dan layak menyandang lambang Mawar, untuk mencapai Keridhaan Allâh SWT.

Mawar sebuah kata yang menjadi perlambangan di dalam Al-Qur’an, para Nabi telah memakainya sebagai lambang yang khas dalam nilai sacral. Bahkan, para sufi secara gambling menjadikan mawar sebagai bunga spiritual yang dapat menggairahkan jiwa setiap insan.

Wahai engkau, hidupkanlah dihatimu sekuntum mawar merah yang harum dan menggairahkan jiwa spiritual kea rah pengenalan tuhan semesta alam, sebagai rahasia di dalam dirimu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar